Disparpora.-Museum Situs Lubang Tambang Batubara Soero (MSLTBS), Soero Coal Mining Tunnel Site Museum, menjadi destinasi sejarah warisan tambang batubara Ombilin di Kelurahan Tanahlapang, Kecamatan Lembahsegar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Bekas tambang batubara bawah tanah ini sangat favorite dikalangan wisatawan pecinta sejarah masa lampau yang masih terawat baik dan tidak di operasikan lagi, tetapi sudah direstorasi sebagai objek wisata heritage bersejarah yang sudah ditetapkan 6 Juli 2019 di Azerbaijan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. MSLTBS merupakan bekas lokasi penambangan batubara bawah tanah tertua satu-satunya yang ada di Indonesia, bahkan di Asia. Tidaklah mengherankan MSLTBS ini cukup ramai dikunjungi terutama bagi kalangan dunia pendidikan, peneliti, dan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara mayoritasnya dari Belanda.
Lokasi strategis ini bisa di capai sekitar 3 jam dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman dengan melewati Kota Padang, Indarung, Solok dan Muarokalaban sejauh 104 km dengan melewati pemandangan yang indah disepanjang jalan, ada sawah, hutan dan panorama alam yang menyejukkan mata. Bisa juga melewati Sicincin, Kayutanam, Padangpanjang, Batusangkar, Padangganting, dan Talawi, disuguhi air mancur Lembah Anai, istano Pagaruyung, dan makan pahlawan nasional Prof.Muhammad Yamin. Rute jalan nasional ini sementara waktu belum bisa dilewati karena terputus akibat air bandang bulan lalu. Rencananya, jalur ini sudah bisa dilewati Juli 2024 depan.
Bila anda ke MSLTBS ada 4 pemandu siap melayani, mereka adalah Fransisco Firdaus, Dio Nofrianto, dan Sudarsono alias Kiplik. Khusus penjualan tiket di serahkan ke Pemiliar Rahmayeni. "Untuk tiket masuk wisatawan lokal dan domestik di bandrol Rp 15 ribu per orang, khusus wisman mancanegara diberlakukan tiket khusus senilai Rp 50 ribu per orang, karena saat ini tiket belum dicetak oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) maka harga tiket masih di sama ratakan." Kata Pemiliar Rahmayeni. Fransisco Firdaus, pemandu wisata MSLTBS kepada Pikiran Rakyat PRMN kabarsleman.com, Ahad, 9 Juni 2024 ini, mengungkapkan, lubang tambang MSLTBS di operasionalkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1898, kemudian ditutup 1930 karena kebanjiran sebab, lokasinya beririsan dan sangat dekat dengan sungai Batang Lunto.
Setelah lama ditutup, Walikota Sawahlunto 2003-2008 Amran Nur melakukan kajian dan kelayakan tambang ini jika dibuka kembali untuk kepentingan dunia pendidikan, serta destinasi wisata sejarah. Menurut para ahli tambang saat itu, tambang ini aman dan layak dijadikan sebagai destinasi sejarah meski harus tetap dipantau emisi gas methane yang ada didalamnya, sehingga lubang tambang tua ini dinyatakan sebagai MSLTBS pada 23 April 2008. "Tamu yang datang cukup banyak dari kalangan perguruan tinggi dari berbagai daerah, siswa sekolah, peneliti, bahkan dari luar negeri paling banyak itu adalah dari Belanda." Ungkap Fransisco Firdaus. Ditambahkan Dio Nofrianto, setiap tamu yang berkunjung diberikan sertifikat MSLTBS. Angka kunjungan ke MSLTBS sekitar dua bulan lalu cukup signifikan berada diangka rata-rata 1000 lebih setiap bulannya. Namun pasca dikeluarkannya himbauan pelarangan sementara untuk tidak melakukan perjalanan wisata karena cuaca buruk dan sering terjadinya bencana banjir dan longsor akhir-akhir ini oleh Pemrov Sumbar, jumlah pengunjung mengalami penurunan sekitar 50 persen. "Kami berharap semoga cuaca makin membaik sehingga berdampak positif terhadap kunjungan wisatawan seperti sediakala. Insyaallah, menurut BMKG kondisi cuaca musim hujan akan berakhir sekitar bulan Juli 2024 mendatang." Harap Fransisco dan Dio.
Rido, wisatawan asal Padang yang datang bersama keluarganya Wiza dan anak-anak mengakui takjub saat berada dalam lubang. "Anak-anak saya Alfatih dan Ciesya begitu antusias dan senang saat berada dalam lubang tambang. Mereka tidak merasakan takut bahkan ingin memasuki semua cabang lubang tambang karena begitu senangnya." Tutur Rido diamini istrinya Wiza.***
Data tidak ditemukan.